Ada seorang teman yang bercerita tentang hubungannya. Dia bercerita kalau hubungannya dengan si kekasih tuh bermula dari ketidak sengajaan,awal nya hanya ingin memulai pertemanan kembali setelah lost contact 6 tahun. Hari demi hari dijalani mereka berdua. Ternyata banyak kesamaan yang mereka punya dan teman saya ini sangat membutuhkan sosok yang tenang dan dewasa. Sepakatlah mereka untuk menjalin sebuah hubungan,didasari dengan keterbukaan maka belajarlah teman saya ini untuk menjadi orang yang jujur akan keadaan dan mencoba untuk mengerti apa yang pasangannya lakukan dan teman saya sangat menyukai hubungannya ini. Dia menemukan sosok dewasanya dan ketenangan. Beberapa hal memang tidak mudah seperti apa yang dipikirkan. Banyak kejadian jatuh bangun dialami teman saya ini. Dia yang tadinya mendominasi sebuah hubungan harus menerima kesepakatan yang sudah dibuat dari awal kalau dia harus belajar menurut dan belajar bersikap dewasa dalam menangani masalah hidupnya. Katanya lancar aja sih,tapi kemarin dia curhat lagi sekedar ingin meng-update aja, si kakasih menjadi dingin sekarang. LHO KOK? (ada seseorang diluar sana yang udah pasti mengeja kata-kata ini :P)
Teman saya mengatakan ketenangan si kekasih menjadi sikap dingin,lakukan introspeksi diri kata saya dan teman saya berfikir kalau mungkin si kekasih letih mendengar keluhan-keluhannya,terlalu manja dan mungkin jadi ketergantungan dengan si doi. Lalu teman saya pun seperti menjadi dingin karena seolah-olah itu jalan yang terbaik untuk memperlihatkan ”ketidaktergantungannya” dgn si kekasih yang padahal teman saya sangat mendabaan si kakasih kembali seperti dulu. Walaupun dia masih yakin si kekasih sih tidak apa-apa (soalnya kata si doi begitu) kata si kekasih dia tidak pernah mengeluh mendengarkan curhatan atau cerita-cerita teman saya. Bukan mengeluh tapi berubah...hehehe,sebenarnya salut melihat teman saya ini,dia berusaha untuk melihat segala sesuatunya dari berbagai sisi,disaat dia dan keluarganya mengalami masalah berat pun masih berusaha untuk tetap waras dengan hubungannya dengan kekasih yang berada di luar kota (alias long distance relationship). Tapi akhir-akhir ini teman saya seperti ditambah bebannya,apakah teman saya terlalu punya banyak masalah sehingga si kekasih merasa hidupnya dibebani? Teman saya sedih.
Tidak ada kata-kata merindu se-intens sebelumnya,kata-katanya yang keluar tidak lagi menenangkan tapi malah bikin takut,kesibukannya kah yang membuat si kekasih menjadi dingin?
Bahkan ketika dia datang berkunjung ke kotanya si kekasih telat menemuinya dan tidak memberi kabar,sibukkah dia?lelahkah dia?atau hanya bosan?
Pastinya semua akan berubah,teman...
Kalau kita sedang membangun sebuah hubungan apapun dalam hidup,kita tidak bisa terus berharap membangun dengan bahan bangunan yang sama aja,kan? Pasti ada bahan pendukung lainnya yang bisa jadi sangat membantu. Dalam hal ini,pengertian dan toleransi udah pasti jadi bahan pokoknya. Tapi bahan lain apa yang bisa membantu memusnahkan perasaan tidak enak,takut berlebihan,minder,sampe cemburu buta?
Kenapa perubahan itu sendiri harus terjadi? Saya muter otak seharian mikir hal ini gak hanya terjadi sama teman saya aja. Bahkan untuk pasangan yang sudah menikah pun hal ini kerap terjadi.
Apakah ini bisa menjadi penghambat majunya hubungan atau mungkin malah bisa jadi penghancur?
Ada beberapa solusinya yang saya coba pikirkan.
Berhenti melakukan hal yang pada akhirnya bisa menjadi racun,dalam pendekatan itu sendiri kita jangan munafik lah. Kalau memang bukan type romantis atau suka manja-manja an ya,janganlah jadi sok imut hanya sekedar ingin terlihat lucu atau perasa. Lebih baik menyambuk diri untuk menjadi siapa kita sebenarnya!
Berhenti mengucapkan hal-hal yang berbau mimpi. Karena mimpi itu hanya hal yang surrealis,tidak dijamin keabsahannya J
Berhenti menyikapi keadaan dengan diam dan hanya menunggu – berharap akan baik-baik saja nantinya.
Selelah apapun kita dalam menyikapi masalah hidup yang tidak berhenti,ketika bertemu pasangan atau mendengarkan curhatan pasangan kita harus menyikapinya seolah-olah kita minum vitamin aja,toh kekasih adalah orang yang seharusnya bisa jadi oase di tengah padang pasir,bukan?
Dan kalau memang sudah tidak punya hati,perasaan cinta,bosan setengah mampus ya bilang saja...siapa bilang kita akan menangis seratus tahun atau mau mati sesudah mendengar itu?ABG aja udah pada gape kok menyikapi hal ini.
Teman,perubahan apapun yang terjadi dalam hidup ini memang akan selalu menguras fikiran kita. Tapi...atas nama cinta...jangan menyiksa dirimu dalam kebingungan,bicaralah kepadanya dan usahakan untuk menerima dengan lapang dada apapun hasilnya.
Teman saya mengatakan ketenangan si kekasih menjadi sikap dingin,lakukan introspeksi diri kata saya dan teman saya berfikir kalau mungkin si kekasih letih mendengar keluhan-keluhannya,terlalu manja dan mungkin jadi ketergantungan dengan si doi. Lalu teman saya pun seperti menjadi dingin karena seolah-olah itu jalan yang terbaik untuk memperlihatkan ”ketidaktergantungannya” dgn si kekasih yang padahal teman saya sangat mendabaan si kakasih kembali seperti dulu. Walaupun dia masih yakin si kekasih sih tidak apa-apa (soalnya kata si doi begitu) kata si kekasih dia tidak pernah mengeluh mendengarkan curhatan atau cerita-cerita teman saya. Bukan mengeluh tapi berubah...hehehe,sebenarnya salut melihat teman saya ini,dia berusaha untuk melihat segala sesuatunya dari berbagai sisi,disaat dia dan keluarganya mengalami masalah berat pun masih berusaha untuk tetap waras dengan hubungannya dengan kekasih yang berada di luar kota (alias long distance relationship). Tapi akhir-akhir ini teman saya seperti ditambah bebannya,apakah teman saya terlalu punya banyak masalah sehingga si kekasih merasa hidupnya dibebani? Teman saya sedih.
Tidak ada kata-kata merindu se-intens sebelumnya,kata-katanya yang keluar tidak lagi menenangkan tapi malah bikin takut,kesibukannya kah yang membuat si kekasih menjadi dingin?
Bahkan ketika dia datang berkunjung ke kotanya si kekasih telat menemuinya dan tidak memberi kabar,sibukkah dia?lelahkah dia?atau hanya bosan?
Pastinya semua akan berubah,teman...
Kalau kita sedang membangun sebuah hubungan apapun dalam hidup,kita tidak bisa terus berharap membangun dengan bahan bangunan yang sama aja,kan? Pasti ada bahan pendukung lainnya yang bisa jadi sangat membantu. Dalam hal ini,pengertian dan toleransi udah pasti jadi bahan pokoknya. Tapi bahan lain apa yang bisa membantu memusnahkan perasaan tidak enak,takut berlebihan,minder,sampe cemburu buta?
Kenapa perubahan itu sendiri harus terjadi? Saya muter otak seharian mikir hal ini gak hanya terjadi sama teman saya aja. Bahkan untuk pasangan yang sudah menikah pun hal ini kerap terjadi.
Apakah ini bisa menjadi penghambat majunya hubungan atau mungkin malah bisa jadi penghancur?
Ada beberapa solusinya yang saya coba pikirkan.
Berhenti melakukan hal yang pada akhirnya bisa menjadi racun,dalam pendekatan itu sendiri kita jangan munafik lah. Kalau memang bukan type romantis atau suka manja-manja an ya,janganlah jadi sok imut hanya sekedar ingin terlihat lucu atau perasa. Lebih baik menyambuk diri untuk menjadi siapa kita sebenarnya!
Berhenti mengucapkan hal-hal yang berbau mimpi. Karena mimpi itu hanya hal yang surrealis,tidak dijamin keabsahannya J
Berhenti menyikapi keadaan dengan diam dan hanya menunggu – berharap akan baik-baik saja nantinya.
Selelah apapun kita dalam menyikapi masalah hidup yang tidak berhenti,ketika bertemu pasangan atau mendengarkan curhatan pasangan kita harus menyikapinya seolah-olah kita minum vitamin aja,toh kekasih adalah orang yang seharusnya bisa jadi oase di tengah padang pasir,bukan?
Dan kalau memang sudah tidak punya hati,perasaan cinta,bosan setengah mampus ya bilang saja...siapa bilang kita akan menangis seratus tahun atau mau mati sesudah mendengar itu?ABG aja udah pada gape kok menyikapi hal ini.
Teman,perubahan apapun yang terjadi dalam hidup ini memang akan selalu menguras fikiran kita. Tapi...atas nama cinta...jangan menyiksa dirimu dalam kebingungan,bicaralah kepadanya dan usahakan untuk menerima dengan lapang dada apapun hasilnya.
0 komentar:
Posting Komentar